Senin, 11 November 2013

Bagian 1 "Mengelola Diri Sendiri" - Politik Kantor

Bagian 1 "Mengelola Diri Sendiri" - Politik Kantor

“Untuk menjadi seorang manajer di organisasimu maupun organisasi kami, hanya ada satu sikap yang penting : Dalam setiap hal, carilah kesempatan utama untuk dirimu sendiri, dan jika itu bearti harus menggorok leher orang lain, persis itulah yang harus kamu lakukan”.
Apapun kegiatan yang kamu lakukan setiap hari hanya didasari oleh tujuan itu sendiri, ketika kamu berbicara politik maka tidak ada namanya hal yang benar atau salah, tidak lebih bagaimana kamu mencapai suatu tujuan yang kamu tuju. Politik itu ada karena kamu mempunyai tujuan, politik itu hanya sebuah proses atau pola pikir seseorang yang tentunya hanya suatu hasil yang dicari dari hal tersebut.

All right, sekarang kita bicara perpolitikan kantor. Politik kantor itu rahasia dan kotor, dan itu tak pernah berakhir. Dalam bisnismu, perpolitikan mungkin berawal di seputar kamar kecil atau kantin sebelah kantor, kebanyakan tempat orang banyak berkumpul, tetapi bentangan waktunya jauh lebih pendek daripada di tempat kami, tetapi hasilnya bisa sama – sama runyam”.
Perlu kamu ingat bahwa di setiap organisasi atau perusahaan akan selalu adanya politik. Politik itu ada yang bertujuan menjatuhkan orang atau menaikan orang. Intinya politik itu bisa muncul dengan banyak sebab, bisa karena kekecewaan, kejenuhan, ketidakpuasan dll. Dan biasanya tempat berkumpul lah bibit bibit itu muncul, dimana orang bertemu dan tidak sengaja mereka satu visi. Sering – sering lah kamu untuk bergabung dalam tempat seperti itu untuk mencari info dan perkembangan politik.

“Mengenai taktik, ada satu petunjuk umum, dan itu harus kamu camkan dan siagakan setiap kali kamu sudah berhasil dan kemudian menilainya dari tempat yang lebih tinggi (dan mengusahakan agar itu pun bisa kamu manfaatkan) : untuk bertahan hidup, bersabarlah, pasang mata, pasang telinga, dan jangan banyak omong. Untuk menang, bersabarlah, bertahan hidup, mengatur rencana dan menyerang dengan cepat. Kamu harus bisa mengoreksi atau meredam setiap gosip atau sindiran yang diarahkan kepadamu”.
Bagi kamu yang hanya ingin suatu pekerjaan saja, ikutilah arus perpolitikan di kantormu, kamu hanya perlu tau siapa siapa yang berpolitik dan tujuannya. Dan tugas mu hanya memantau tanpa kamu harus ikut dalam perpolitikan tersebut. Bagi kamu yang mempunyai Ambisi besar saatnya kamu mengetahui perkembangan arus perpolitikan dan dampaknya, buat list lalu atur rencana kapan kamu harus memihak atau kapan kamu harus naik. Kalahkan musuhmu hingga dia tidak bisa bangun lagi. Dan tentunya selalu jaga “kelemahan –kelemahan” kamu agar tidak adanya pukulan telak dari musuhmu.

“Mungkin pertama – tama kamu merasa berpartisipasi dalam perpolitikan kantor dari sudut pandang survival (dalam sudut pandang bertahan hidup) adalah hal yang sudah kelewatan. Jangan NAIF. Setidaknya selalu ada satu orang teman kantor yang menincar dan hendak menjegal kamu dan selalu begitu apapun juga anggapanmu, dan kamu harus tahu tentang dia agar bisa mempertahankan diri sendiri. Amatilah dia dari balik semak – semak, bersiagalah, bersiaplah mengerjai dia sebagai mana dia mengerjai kamu, dan lakukan itu sebelum dia bergerak”.
ANTISIPASI, mungkin ini hal yang tepat untuk menggabarkan situasi ini, jangan pernah remehkan kekuatan politik. Apapun itu bisa membuat kamu jatuh. Hal yang manusiawi jika seseorang ingin mendapatkan lebih atau rasa tidak puas. Yang kamu harus lakukan adalah cari info yang berkembang dijajaran kamu, diatas dan dibawah. Dan lakukan selangkah atau 3 langkah lebih maju dari orang yang ingin menjatuhkan kamu atau menggeser jabatan kamu.

“Tetapi sementara ini, jadilah teman bagi setiap pria, wanita, dan pengantar surat di setoap klik kantor yang ada, tapi jangan bergabung dengan siapa pun. Jangan menjalin persahabatan jangka panjang dan erat dengan sembarang kolega, tapi ramahlah pada semua orang. Jangan berpakaian kelewat beda dari rekan – rekan pekerja, jangan bertingkah aneh – aneh, sekalipun hanya kadang – kadang, dan jangan membual tentang kehidupan pribadimu yang liar dan gila – gilaan selepas jam kerja. Dengan kata lain, jangan menonjolkan diri, ikutilah arus”.
LOW PROFILE, ini sifat yang jarang dimiliki oleh seseorang yang sudah mempunyai jabatan tinggi atau kaya. Sifat yang ramah yang harus ditekan kan dalam berpolitik sifat ini akan mendatangkan info – info yang ingin kamu dapat, jangan kamu terlalu dekat dengan satu orang, karena politik itu seperti angin terkadang dia berhembus ke barat dengan hitungan detik dia bisa berhembus ke timur. Jangan terlalu berpenampilan beda dengan rekan kerjamu atau cerita kekayaanmu, karena hal tersebut bisa menjadikan kecemburuan dari rekan kerjamu dan menciptakan politik untuk menjatuhkan kamu.

“Dan jangan sampai terlibat dalam pertempuran politik kantor tanpa terlebih dulu menanyai dirimu sendiri, “apa untungku dengan ini?” dan “apa untung mereka disini?” serta mendapatkan jawaban yang memuaskan. Kedua pertanyaan ini harus kamu jadikan provo dell’acido-yaitu batu ujian penentu sehubungan dengan setiap keterlibatan.dalam segala hal apa pun”.
Terkadang kita sebagai manusia selalu terjebak dalam situasi “konflik pepesan kosong” saya mengibaratkan seperti itu, terkadang kita mendalami suatu masalah tetapi hasilnya terkadang tidak menguntungkan diri sendiri atau hanya kepuaasan batin semata. Jika kamu menemui suatu konflik yang pertama kamu harus tanya adalah jika saya ikut campur dalam suatu masalah atau konflik nanti apa yang akan saya dapatkan? Sebandingkah? Dan kamu analisa juga tujuan – tujuan orang yang sedang berkonflik apakah berdampak kepada saya?

Selasa, 05 November 2013

Bagian 1 "Mengelola Diri Sendiri" – Para Capo



Bagian 1 "Mengelola Diri Sendiri" – Para Capo

“Setiap orang yang masih hijau dalam karirnya membutuhkan sponsor seorang Capo, artinya sebelum kamu memegang komando, kamu harus belajar patuh. Jika sang Capo membentak, kamu membungkuk mengikuti kesiur anginnya atau patah. Jika sang Capo murka, kamu berdiri tegak dan mengucurkan keringat. Jika sang Capo tertawa, kamu senyum (setidak – tidaknya).”
Capo artinya adalah mentor / atasan / guru. Setinggi tingginya ilmu, sebanyak – banyaknya pengalaman, sifat patuh dan menghormati atasan, berprilaku seperti bawahan jika kamu memang dalam posisi bawahan karena sikap tersebut yang akan membuatmu bertahan dalam suatu perusahaan. Dan jangan lah sekali –kali menggunakan bawahan yang belum pernah belajar patuh walaupun berkompetennya dia

“Jika bertemu dengan sang capo, bicaralah hanya jika kamu diajak bicara,dan itu pun sesuai dengan sudut pandangnya; kalau tidak, berdiri tegak dan tutup mulut. Jika diminta informasi tambahan mengenai sesuatu masalah, sodorkanlah jika kamu memang memilikinya, tapi hanya jika diminta atau informasi yang sangat vital. Dengan kata lain, pada dasarnya kamu adalah abdi bagi seorang atasan atau semacamnya selama kamu masih menjadi bawahan”.
Jika kamu ingin menjadi bawahan yang baik, kamu harus mengikuti apa arahan yang diberikan atasan kamu dengan baik, jangan pernah melenceng atau mengabaikan perintah atau arahan yang diberikan oleh atasan walaupun atasan lebih mempedulikan hasil dari kerja kamu, tetapi dia akan menghargaimu jika kamu menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan arahannya.

“Ada pepatah Italia yang mengatakan Tratta conquello che sono miglio di te efagli, yang artinya bergaulah dengan orang – orang di atasmu, dan lunasilah semua ongkosnya. .... ia penting bagi masa depanmu, dan kamu harus menunjukan kepadanya bahwa kamu memahami dan menghargai hal itu. Kamu harus menunjukan sikap hormat padanya”.
Bergaulah dengan orang – orang yang bisa menunjang atas kenaikan karir dari pekerjaanmu, berikan apa yang mereka mau, kerjakan dan selesaikan karena mereka adalah kunci dari pintu masa depan karirmu.

“Belakangan dalam karirmu, jika kebetulan saja mentor dari masa hijaumu di lingkaran itu menghalangi kemajuanmu, apa yang harus kamu lakukan? Singkirkan dia, tentu saja. Toh dia sudah mendapatkan karirnya, kan? Para mentor memiliki otoritas dan kekuasaan (yang kamu juga incar). Tidak penting bagaimana mereka mendapatkan semua itu, atau apakah mereka pantas mendapatkanya semua itu. Yang penting adalah bahwa mereka sudah mendapatkannya. Mereka adalah orang – orang yang memiliki tamparan menyengat, dan mereka akan menggunakan tamparan itu demi kamu jika kamu mengerjakan tugas kotor mereka.”
Jangan pernah ragu untuk menyingkirkan hal – hal yang bisa menghambat jenjang karirmu walaupun itu adalah atasan kamu, singkirkan atasanmu dengan prestasi yang sangat besar untuk perusahaan hingga Big Bos memperhatikan kamu dan memberikan promosi untuk kamu, jangan pernah ragu atas kemampuan yang kamu miliki jika kamu memang berkompeten dalam jabatan berikutnya.

“Jika Capo di atasmu adalah seorang Buffone jangan menonjol – nonjolkan dia. Itu akan ia lakukan sendiri. Sejauh menyangkut kepentinganmu, dia tidak selalu benar, tetapi yang penting sekarang ini dia adalah capomu. Tetapi jangan bermain cinta dengannya, dengan orang- orangnya, kenalan – kenalannya, atau perusahaan dan lembaga – lembaga yang ada dibawah perlindungannya. Cari tahu siapa adalah siapa, dan apa adalah apa. Simpan informasi ini untuk kamu gunakan sendiri di masa depan. Dan yang terpenting, jangan sekali – kali mengambil daging dari tempat kamu mengambil roti”.
Pengertian Buffone ini ialah seorang yang tangguh dan mempunyai peranan penting dalam organisasi. Sang Buffone ini adalah guru bagi kamu, ketahui bagaimana cara dia bekerja, cari tahu orang yang penting bagi dia dalam menyelesaikan pekerjaannya, cari tahu jaringan yang dia punya dan bekerja dengan siapa saja dia karena hal seperti ini nanti akan berguna bagi kamu kedepannya jika kamu menjadi pemimpin kelak, tetapi perlu di ingat jangan kamu khianati dia atau kamu menusuk dia dari belakang, karena dia bisa dapet menghancurkan kamu seketika.

“Jika atasanmu perkasa, ikuti petunjuknya,dukunglah dia, biarkan dia melindungimu, mendukungmu, membiayai kamu, menggendongmu sambil menapak ke jenjang atas, dan sekali lagi jangan mengusik wanita – wanitanya, istri, gundik, anak perempuan, keponakan, babu, pelacur, sekretaris ataupun yang menjadi miliknya. Tapi jika kamu cukup beruntung bisa mengawini anak perempuan seorangcapo atau kerabat dekatnya  tentu saja setelah mendapatkan jauh sebelum itu izin darinya (andaikata kamu bisa kawin dengan apa yang disebut Puteri Mafia, itu adalah karunia Tuhan bagi manusia pilihan; orang lain tidak akan pernah bisa)”.
Jangan pernah sekali kali kamu ikut campur urusan pribadi atasan kamu walaupun kamu mengetahuinya, bekerjalah secara profesional sebagaimana kamu porsinya. Walaupun kamu sudah mempunyai ikatan emosional dengan atasanmu karena jika kamu salah bersikap kamu akan meruntuhkan ikatan tersebut. Dan beruntung sekali jika kamu bisa menjadi saudara angkat dari atasanmu yang dimana akan menunjang karir kamu juga.

“Pastikan agar kamu paham benar apa yang telah diperintakan bos sebelum kamu bertindak melaksanakannya. Bagaimana jika kamu keliru membunuh orang, atau keliru mendepak pegawai kecil di kantor cabang Kota Kansas? Pelajarilah seni mengajukan pertanyaan. Ini mudah bagi beberapa orang tetapi sulit agi yang lain. Tetapi ini selalu bagian terpenting”.
Terkadang Hal – hal kecil bisa sangat penting. Kekurangan paham seseorang dalam menyaring arahan dari atasan bisa menjadi sangat fatal dalam penyelesaian tugas. Jangan pernah malu untuk bertanya kembali atas arahan yang diberikan atasanmu jika kamu tidak paham, tetapi bertanya secara seni, artinya kamu bertanya dengan nada menegaskan bahwa kamu memastikan arahan agar tidak jadi kesalahan dan jangan bertanya seakan – akan kamu tidak mengerti atau bodoh.

“Juga, jangan sekali – kali menulis apa pun juga yang bisa menjebloskan kamu ke penjara : nama – nama, alamat – alamat, jumlah uang yang terhutang, perjanjian rahasia. Dokumen – dokumen seperti itu sering kali disuguhkan sebagai bukti utama di pengadilan orang – orang sial, dan kamu tidak akan senang menjadi orang semacam itu. Dan ingat, semua Capo persis seperti kamu dulu harusmulai dari bawah, dan semuanya sekarang berdiri di atas bahu para raksasa. Juga di atas tulang belulang para raksasa. Jika kamu mendaki piramida itu, kamu mendaki bukit tulang. Tetapi dia yang memetik buahnya memang harus mendaki. Ya kan?”.
Hal terpenting jika kamu melaksanakan tugas kotor dari atasan kamu, atau kamu bagian yang terpenting dalam organisasi yang mengetahui kebusukan organisasi kamu, kamu perlu mengantisipasi kebocoran tersebut, tidak boleh ada yang tahu tentang hal itu, baik rekan kerjamu bahkan dari keluargamu.

Bagian 1 "Mengelola Diri Sendiri" - Masuk dalam lingkaran



Bagian 1 "Mengelola Diri Sendiri" - Masuk dalam lingkaran

"Cara terbaik memasuki suatu bisnis adalah kamu sudah terlahir dalam keluarga bisnis tersebut"
syukuri apa yang sudah tuhan berikan gunakan sebaik - baiknya koneksi, keluarga, sahabat, teman, rekan bisnis karena mereka adalah tiket terusan untuk mencapai tujuanmu tanpa kamu harus memulai sesuatu dari nol dan untuk apa memulai dari nol jika kamu bisa start dari angka 8 ?

"Jelas, Pertama – tama kamu harus mendapatkan sebuah posisi di dunia dari mana kamu mulai merangkak ke atas, .... analisislah titik – titik kekuatanmu. .... daftarlah untuk kamu sendiri titik – titik yang kamu pandang lemah.”
Mendapatkan Jabatan yang kamu inginkan dan mempertahankan pekerjaan seperti itu langkah pertama adalah kamu harus bisa menilai apa yang ada pada diri kamu sendiri baik itu kelebihan kamu dan kekurangan mu, buatlah daftar kelebihan kamu seperti pendidikan, pengalaman, kepribadian, keterampilan, koneksi – koneksi. Dan buat juga daftar kamu sendiri titik – titik yang kamu anggap lemah sendiri. Lalu siapkan dirimu untuk mengubah kelemahan tersebut untuk menjadi kekuatanmu ..

“Pelajarilah segala sesuatu tentang calon majikan yang kamu incar,dan gunakan pengetahuan ini setiap kali kamu menyurati mereka. ..... Rapikan surat – surat pengantar yang kamu kirim bersama – sama dengan Resumemu; dandani surat – surat susulan yang kamu kirim setelah wawancara – gunakan jenis kertas yang bagus, dengan ketikan yang tajam dan bersih. Pada sura – surat susulan, tambahkan satu dua kalimat yang bersifat pribadi dibawah tanda tanganmu”.
Analasisa siapa Atasan kita, baik dari background Keluarga, Pendidikan, Hobi, Pengalaman hidup. Karena hal – hal tersebut dapat berguna jika kamu ingin mendapatkan kesan baik dan poin plus terhadap atasan kamu, gunakan pengetahuan ini tiap kali kamu sedang ngobrol santai, atau saat bekerja. Maka kamu akan mendapatkan ikatan secara emosional.

“Jika kamu kebetulan mengetahui sesuatu tentang orangyang berpotensi menjadi pesaing dalam memperebutkan posisi yang kamu incar, usahakan untuk menyingkirkan orang – orang ini dari pertimbangan sang bos dengan pujian yang lamat – lamat, entah pujian itu berdasar atau tidak.”
Dalam hal ini kamu harus dituntut untuk memperkecil rasio kesempatan pesaing mu untuk mendapatkan posisi yang kamu inginkan. Hal apa saja? Kamu bisa tunjukan hasil kerjamu, kedisiplinan, loyalitas dan tentunya prestasi – prestasi kerjamu atau kamu bisa membuat isu – isu atau pendapatmu untuk menjatuhkan image dari pesaing – pesaingmu.

“Jika pesaingmu adalah orang – orang yang kompoten, cukup berharga untuk dijadikan bawahan kelak, kamu selalu bisa memperkejakan mereka belakangan, setelah kamu mendaki satu dua tataran di atas mereka dalam piramida perusahaan”
Analisa kekuatan – kekuatan pesaing – pesaing mu, karena  mereka nanti akan berguna ketika mereka nanti jadi bawahanmu untuk menjalankan perusahaan, tetapi jangan pernah kamu memberikan pekerjaan kepada mereka dimana pekerjaan tersebut adalah pekerjaan besar yang memberikan prestasi perusahaan sebelum kamu mendapatkan jabatan yang berbeda dua tingkatan atau lebih. Karena itu akan membuat posisi jabatan mu terancam

“Jika kamu berhasil mengamankan pekerjaan yang kamu incar, kirimkanlah surat – surat ucapan terimakasih kepada semua calon majikan lain yang pernah mewawancarai kamu. Bersikap manis tidak membutuhkan ongkos besar, lagi pula siapa tahu kelak ... “
Walaupun kamu sudah mempunyai jabatan, tetapi silatuhrahmi itu penting. Jangan terlalu fokus kepada yang di atas tetapi kita perlu juga memperhatikan bawahan, karena info, rejeki, pekerjaan bisa datang dari siapa saja.

“Wajar, sebagaimana dalam setiap perusahaan, pemula dituntut untuk mencium pantat. Sebagaimana dikatakan oleh seorang dalam kelompok lain, kamu harus memilikimoral seorang pelacur dan sopan santun seorang guru tari. Tetapi, sementara waktu berlalu, dan kamu menapak maju, kewajiban – kewajiban ini akan semakin sedikit, sampai akhirnya kamu menjadi orang yang akan menyodorkan pipimu untuk di cium, yang mungkin memang tujuanmu, sebagaiamana itu adalah tujuan kami semua, apapun gaya yang kami pakai”
Tak adapun proses yang singkat untuk mencapai jabatan yang kamu inginkan, butuh kerja keras untuk mencapai itu semua, karena ketika kamu menjadi apa yang kamu inginkan hal – hal yang pernah kamu lalui itu akan menjadi pengalaman mu dan dasar untuk menganalisa.
 

Minggu, 03 November 2013

Analisa Buku The Mafia Manager Bimbingan Machiavelli bagi bisnis "Pendahuluan"

Pada kesempatan ini saya akan menganalisa buku The Mafia Manager ..
secara garis besar buku ini berceritakan tentang teori - teori manajemen, refrensi dari buku ini berasal dari teori - teori dari machiavelli yaitu tentang pemerintahan yang kuat, ideologi, kekuasaan dan tentunya politik. berangkat dari hal tersebut buku ini hanya sebuah analogi teori machiavelli yang di aplikasikan didalam dunia bisnis Mafia yang tidak lain berkecimpung di dunia kriminal .. tetapi saya tidak akan mengangkat sejarah atau sepak terjang dari Mafia yang diceritakan dalam buku ini, saya akan mengangkat sebuah Teori - teori yang terdapat dalam buku ini dan apakah teori tersebut memang berkembang dalam kehidupan kita?

ada istilah "hidup ini kejam bung" dan seperti ini lah buku ini mengungkap bagaimana orang - orang melakukan pekerjaannya dan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya, buku ini akan selalu menjadi kontroversi sebagaimana halnya teori - teori Machiavelli dimana hal - hal yang jauh dari norma kebaikan,adab adab dan sifat baik manusia .. tetapi inilah yang terjadi dalam dunia politik dan dunia bisnis ..

buku ini bukan mengajarkan anda untuk berbuat kejahatan dalam berbisnis atau bekerja, tetapi ini akan membantu anda menganalisa dan mengkaitkan pada realita politik dan bisnis .. "hiduplah dengan sekelompok serigala - serigala niscaya kamu akan bisa mengaum"
dalam buku ini kita akan diajarkan cara mempertahankan, berfikir jernih dan "Tak Kenal Ampun" ..

Rabu, 30 Oktober 2013

Sekilas Niccolo Machiavelli

Niccolo Machiavelli adalah seorang diplomat dan politikus Italia dan juga seorang filsuf. Selain itu juga dia dikenal sebagai penulis esai, sejarawan, penulis biografi, naskah drama, novel, serta puisi. Trijali (2008: 173)
Machiavelli lahir tanggal 3 Mei 1469 di Florence, Italia, keturunan keluarga kuno Tuscan. Ayahnya adalah seorang dokter dibidang hukum. Beliau menikah dengan Marietta Corsini tahun 1501, dan punya lima anak selain itu juga Machiavelli belajar pada beberapa guru.
Niccolo Machiavelli, termasyhur karena nasihatnya yang blak-blakan bahwa:
“Seorang penguasa yang ingin tetap berkuasa dan memperkuat kekuasaannya haruslah menggunakan tipu muslihat, licik dan dusta, digabung dengan penggunaan kekejaman penggunaan kekuatan” http://media.isnet.org/iptek/index/Machiavelli.html.
The Prince dapat dianggap nasihat praktek terpenting buat seorang kepada negara. Pikiran dasar buku ini adalah, untuk suatu keberhasilan, seorang Penguasa harus mengabaikan pertimbangan moral sepenuhnya dan mengandalkan segala, sesuatunya atas kekuatan dan kelicikan. Machiavelli menekankan di atas segala-galanya yang terpenting adalah suatu negara mesti dipersenjatai dengan baik. Dia berpendapat, hanya dengan tentara yang diwajibkan dari warga negara itu sendiri yang bisa dipercaya; negara yang bergantung pada tentara bayaran atau tentara dari negeri lain adalah lemah dan berbahaya.
Machiavelli menasihatkan sang Pangeran agar dapat dukungan penduduk, karena kalau tidak, dia tidak punya sumber menghadapi kesulitan. Tentu, Machiavelli maklum bahwa kadangkala seorang penguasa baru, untuk memperkokoh kekuasaannya, harus berbuat sesuatu untuk mengamankan kekuasaannya, terpaksa berbuat yang tidak menyenangkan warganya. Dia usul, meski begitu untuk merebut sesuatu negara, si penakluk mesti mengatur langkah kekejaman sekaligus sehingga tidak perlu mereka alami tiap hari kelonggaran harus diberikan sedikit demi sedikit sehingga mereka bisa merasa senang.
Untuk mencapai sukses, seorang Pangeran harus dikelilingi dengan menteri-menteri yang mampu dan setia Machiavelli memperingatkan Pangeran agar menjauhkan diri dari penjilat dan minta pendapat apa yang layak dilakukan. Menurut Asvi Warman Adam bahwa “Sejarah mengajarkan kepada kita apa yang tidak dapat kita lihat, untuk memperkenalkan kita kepada penglihatan yang kabur sejak kita lahir”. Wineburg (2006: vii) Namun menurut kami tujuan dari sejarah mengajarkan kita sebuah cara menentukan pilihan untuk memptertimbangkan berbagai pendapat untuk membawakan berbagai kisah dan meragukan sendiri bila perlu kisah-kisah yang kita bawakan.

Machiavelli, Niccolo. (2008). THE PRINCE Sang Penguasa diterjemahkan Natalia Trijaji. Surabaya: Selasar Surabaya Publishing.


Teori Politik Kekuasaan Niccolo Machiavelli II

Dalam sejarah agama kuno, menurut machiavelli, hanya nabi-nabi bersenjata (the armed prophets) dan memiliki kekuatan militer yang berhasil memperjuangkan misi kenabiannya. Sedangkan para nabi yang tidak bersenjata, betapa baik dan sakralnya misi yang mereka bawa, akan mengalami kekalahan karena tidak memiliki kekuatan militer . Atas dasar asumsi itu machiavelli menilai keberadaan angkatan perang yang kuat sebagai suatu keharusan yang dimilki negara. Machiavelli menyadari benar akan pentingnya angkatan bersenjata bagi seorang penguasa negara. Angkatan bersenjata, menurut Machiavelli merupakan basis penting seorang penguasa negara. Ia merupakan manifestasi nyata kekuasaan negara. Penguasa yang tidak memiliki tentara sendiri akan mudah goyah dan diruntuhkan kekuasaannya. Menurut Machiavelli sungguh berbahaya menggunakan tentara sewaan. Kalau seorang penguasa mengandalkan tentara sewaan, ketenangan dan keamanan negara tidak bisa dijamin. Negara mudah goyah. Machiavelli menyebutkan alasan-alasan mengapa demikian. Tentara sewaan katanya tidak bisa disatukan, haus akan kekuasaan, tidak berdisiplin, tidak setia kepada penguasa (yang menyewa mereka), tidak memiliki rasa takut kepada Tuhan, tidak memiliki tanggung jawab, tidak setia terhadap sesama rekan mereka, dan menghindarkan diri dari peperangan.
Kehancuran Italia pad masa hidup Machiavelli adalah karena negaranya mengandalkan tentara sewaan itu selama bertahun-tahun dan tidak memiliki tentara sendiri. Pengalaman sejarah membuktikan hanya para penguasa dan negara republik yang memiliki tentara kuat berhasil baik, dan penggunaan tentara bayaran hanya mendatangkan kekalahan. Sejarah Romawi dan Sparta menunjukkan kebenaran pendapat itu. Kedua negara itu mampu bertahan karena memiliki tentara sendiri, sedangkan negara Chartago dikalahkan karena tidak memiliki tentara sendiri dan mengandalkan tentara bayaran.
Gagasan Machiavelli ini, menurut hemat saya merupakan refleksi pengalaman pribadinya menyaksikan ‘pengkhianatan’ pemimpin tentara bayaran Vitelli terhadap negaranya.
Begitu pentingnya militer bagi suatu negara dan usaha mempertahankan kekuasaan, maka penguasa harus menjadikan keahlian kemiliteran sebagai barang miliknya yang paling berharga. Ia juga harus senantiasa belajar ilmu perang dan bertempur. Oleh karena itu seorang penguasa tidak boleh lengah untuk selalu memikirkan dan melatih dirinya dalam latihan perang dan kemiliteran (exercise of war). Intensitasnya melakukan latihan perang di masa damai harus lebih besar daripada di masa perang. Saat-saat damai hendaknya dijadikan persiapan untuk menghadapi perang. Tidak ada perdamaian tanpa persiapan matang untuk perang.
Dalam latihan perang, penguasa dan tentaranya harus selalu disiplin dan terbiasa hidup dengan cara keras. Dengan demikian tubuhnya akan terbiasa dengan penderitaan. Untuk memenangkan peperengan mereka harus mengetahui ilmu tntang alam, tanah, dan sungai-sungai. Maka dalam latihan perang tercakup pelajaran mengenai strategi bagaimana bisa tetap hidup (how to survive), mendaki gunung dan lembah, menyusuri sungai-sungai dan rawa-rawa. Semua pengetahuan ini menurut Machiavelli penting setidaknya untuk dua hal.
1. Tentara dan penguasa mengetahui persis keadaan negaranya.
2. Mengerti cara bagaimana mempertahankannya dari serangan musuh.
Dengan memiliki pengetahuan dan pengalaman menjelajahi bukit, gunung dan menyusuri sungai maupun rawa-rawa pada suatu bagian tertentu di negaranya, maka ia akan memahami kawasan-kawasan lain yang memiliki karakteristik serupa dengan kawasan yang dipelajari dan ditelusurinya itu. Dengan mengetahui satu wilayah, ia akan mudah memahami wilayah-wilayah di negara lainnya. Dengan memiliki pengetahuan itu juga tentara dan penguasa akan mudah menemukan musuh-musuhnya dan merebut markas-markas tentara yang dikuasai musuh-musuh mereka.
Untuk memahami segala seluk beluk mengenai perang dan tentara, Machiavelli juga menyarankan kepada penguasa agar selalu belajar dari pengalaman penguasa atau kaisar-kaisar lain di masa lalu. Misalnya mempelajari bagaimana cara bertempur yang baik, mempertahankan diri dari serangan musuh, melakukan serangan balasan yang efektif dan cara-cara bagaimana mereka memenangkan suatu peperangan dan sebagainya. Seorang penguasa tidak perlu malu-malu untuk mencontoh keberhasilan-keberhasilan mereka. Menurut Machiavelli, cara belajar demikianlah yang dilakukan Alexander Agung yang mencontoh Achilles, Caesar dan Scipio Syrus. Inilah sumbangan penting pemikiran Machiavelli bagi perkembangan teori-teori perang dan kemiliteran.
The Prince juga menguraikan tentang perlunya penguasa mempelajari sifat-sifat terpuji dan yang tak terpuji. Dia harus berani melakukan tindakan tidak terpuji – kejam, bengis, khianat, kikir – asalkan itu baik bagi negara dan kekuasaannya. Untuk mencapai tujuan, cara apapun bisa digunakan (the ends justify the means). Oleh karena itu penguasa tidak perlu takut untuk tidak dicintai,asalkan ia tidak dibenci rakyat.
Dengan kata lain, penguasa harus pandai-pandai menggunakan cara-cara manusia dan cara binatang bila saat-saat tertentu dibutuhkan. Asumsi ini muncul di benak Machiavelli karena menurutnya manusia memiliki dua sifat yang bertentangan, yaitu sifat manusia – tulus, penyayang, baik, pemurah, tetapi juga memiliki sifat-sifat binatang atau sifat tak terpuji, jahat, kikir, bengis, dan kejam. Kedua sifat manusia yang paradoksal ini membawa implikasi terhadap cara menangani persoalan politik. Cara penanganan persoalan politik dengan ‘cara manusia’, misalnya lewat prosedur hukum dan pengadilan, tidak efektif tanpa disertai ‘cra binatang’. Tetapi bisa terjadi sebaliknya, cara binatang juga tidak efektif tanpa menggunakan cara manusia. Kedua cara itu ibarat two sides of the same coin (dua sisi pada satu koin yang sama).
Machiavelli berpendapat bahwa penguasa negara bisa menggunakan cara binatang, terutama ketika menghadapi lawan-lawan politiknya. Dalam The Prince dikemukakan bahwa seorang penguasa bisa menjadi singa (lion) di satu saat, dan menjadi rubah (fox) di saat lainnya. Menghadapi musuhnya yang ganas bagai seekor serigala, penguasa hendaknya bisa berperangai seperti singa, karena dengan cara itulah ia bisa mengalahkan lawannya. Tetapi penguasa harus bersikap seperti rubah bila lawan yang dihadapinya adalah perangkap-perangkap musuh. Bukan singa yang mampu mengendus perangkap-perangkap itu, melainkan rubah. Rubah amat peka dengan perangkap yang akan menjerat dirinya.
Bertitik tolak dari premis itu, Machiavelli berpendapat bahwa seorang penguasa ideal adalah Archilles yang belajar jadi penguasa dari Chiron. Chiron adalah mahluk berkepala manusia berbadan dan berkaki kuda dalam mitologi Yunani kuno. Artinya, seorang penguasa harus memiliki watak manusia dan watak kebinatangan pada saat yang sama. Machiavelli menulis bahwa dengan belajar dari mahluk seperti Chiron, penguasa diharapkan bisa mengetahui bagaimana menggunakan sifat manusia dan sifat binatang. Menggunakan salah satu cara berkuasa tanpa cara lainnya tidak akan berhasil.

Teori Politik Kekuasaan Niccolo Machiavelli

teori politik kekuasaan Niccolo Machiavelli dapat dilihat sebagai penanda transisi dari dunia kuno ke modern yang sangat kontroversi. Melalui karyanya yang berjudul The Prince tahun 1513 ia sering dituduh gurunya kejahatan karena nasehat-nasehatnya yang amoral.
Isi dari teori Machaivelli ( Skinner,1985:4) sebagai berikut.
#Untuk melakukannya, seorang penguasa yang bijak hendaknya mengikuti jalur yang dikedepankan berdasarkan kebutuhan, kejayaan, dan kebaikan Negara. Hanya memadukan machismo semangat keprajuritan, dan pertimbangan politik, seorang penguasa barulah dapat memenuhi kewajiban kepada Negara mencapai keabadian sejarah.
    Penguasa bijak hendaknya memiliki hal-hal sebagai berikut
1) Sebuah kemampuan untuk menjadi baik sekaligus buruk, baik dicintai maupun di benci
2) Watak-watak, seperti ketegasaan, kekejaman,kemandirian, disiplin, dan control diri.
3) Sebuah reputasi menyangkut kemurahan hati,pengampunan, dapat dipercaya dan tulus.
#Seorang pangeran harus berani untuk melakukan apapun yang diperlukan, betapa pun tampak tercela karena rakyat pada akhirnya hanya peduli dengan hasilnya, yaitu kebaikan Negara 


Untuk mencapai sukses, seorang penguasa harus dikelilingi dengan menteri-menteri yang mampu dan setia, Machiavelli memperingatkan penguasa agar menjauhkan diri dari penjilat dan minta pendapat apa yang layak dilakukan. seorang penguasa yang cermat tidak harus memegang kepercayaannya jika pekerjaan itu berlawanan dengan kepentingannya.
“…Dia menambahkan, “Karena tidak ada dasar resmi yang menyalahkan seorang Penguasa yang minta maaf karena dia tidak memenuhi janjinya,” karena “… manusia itu begitu sederhana dan mudah mematuhi kebutuhan-kebutuhan yang diperlukannya saat itu, dan bahwa seorang yang menipu selalu akan menemukan orang yang mengijinkan dirinya ditipu.”

Tidak seperti pemikir Abad Pertengahan, Machiavelli melihat kekuasaan sebagai tujuan itu sendiri. Ia menyangkal asumsi bahwa kekuasaan adalah alat atau instrumen belaka untuk mempertahankan nilai-nilai moralitas, etika atau agama. Bagi Machiavelli segala kebajikan, agama, moralitas justru harus dijadikan alat untuk memperoleh dan memperbesar kekuasaan. Bukan sebaliknya. Jadi kekuasaan haruslah diperoleh, digunakan, dan dipertahankan semata-mata demi kekuasaan itu sendiri. Dengan pandangannya itu, Machiavelli menolak tegas doktrin Aquinas tentang gambaran penguasa yang baik. Aquinas dalam karyanya The Government of Princes berpendapat bahwa penguasa yang baik harus menghindari godaan kejayaan dan kekayaan-kekayaan duniawi agar memperoleh ganjaran syurgawi kelak. Bagi Machiavelli justru terbalik, penguasa yang baik harus berusaha mengejar kekayaan dan kejayaan karena keduanya merupakan nasib mujur yang dimiliki seorang penguasa.
Bagi Machiavelli kekuasaan adalah raison d’etre negara (state). Negara juga merupakan simbolisasi tertinggi kekuasaan politik yang sifatnya mencakup semua (all embracing) dan mutlak. Bertolak dari pandangan-pandangan Machiavelli di atas beberapa sarjana berpendapat bahwa Machiavelli memiliki obsesi terhadap negara kekuasaan (maachstaat) dimana yang kedaulatan tertinggi terletak pada kekuasaan penguasa dan bukan rakyat dan prinsip-prinsip hukum.
Dalam kaitannya dengan kekuasaan seorang penguasa, Machiavelli membahas perebutan kekuasaan (kerajaan). Bila seorang penguasa berhasil merebut suatu kerajaan maka ada cara memerintah dan mempertahankan negara yang baru saja direbut itu.
1. Memusnahkannya sama sekali dengan membumihanguskan negara dan membunuh seluruh keluarga penguasa lama. Tidak boleh ada yang tersisa dari keluarga penguasa lama sebab hal itu akan menimbulkan benih-benih ancaman terhadap penguasa baru suatu saat kelak.
2. Dengan melakukan kolobisasi, mendirikan pemukiman-pemukiman baru dan menempatkan sejumlah besar pasukan infantri di wilayah koloni serta menjalin hubungan baik dengan negara-negara tetangga terdekat. Cara kolonisasi pernah dilakukan bangsa Romawi.
Dari kedua cara itu menurut Machiavelli cara pertama adalah cara yang paling efektif meski bertentangan dengan aturan moralitas.
Dalam The Prince, Machiavelli juga menguraikan bahwa mereka yang menjadi penguasa lewat cara-cara keji, kejam, dan jahat tidaklah dapat disebut memperoleh kekuasaan berdasarkan kebajikan (virtue) dan nasib baik (fortune). Cara itu seperti dipraktekkan Agathocles yang membunuh secara biadab senator Syarcuse demi menduduki tahta kekuasaan, memang bisa menjadikan mereka penguasa negara. Tetapi kata Machiavelli penguasa itu tidak akan dihormati dan dipuja sebagai pahlawan. Apalagi setelah berkuasa ia menjadikan kekerasan, kekejaman dan perbuatan keji lainnya sebagai bagian dari kehidupan politik sehari-hari. Machiavelli menyimpulkan bahwa cara-cara itu hanya akan menjadikan sang penguasa berkuasa tetapi tidak menjadikannya terhormat, pahlawan atau orang besar.
Machiavelli menyarankan kalaupun seorang penguasa boleh melakukan kekejaman dan menggunakan “cara binatang” hendaknya dilakukan tidak terlalu sering. Setelah melakukan tindakan itu, ia harus bisa mencari simpati dan dukungan rakyatnya dan selalu berjuang demi kebahagiaan mereka. Dia juga harus berusaha agar selalu membuat rakyat tergantung kepadanya. Kearifan dan kasih sayang terhadap rakyat, kata Machiavelli , akan bisa meredam kemungkinan timbulnya pembangkangan. Penguasa yang dicintai rakyatnya tidak perlu takut terhadap pembangkangan sosial. Inilah menurut Machiavelli usaha yang paling penting yang harus dilakukan seorang penguasa.